Seorang laki-laki berjalan dari satu Negara ke Negara lain. sejak fajar, dia telah menjelajahi negeri yang tidak dikenal. Matahari sangat menyengat kepalanya. Ketika siang tenggelam, perasaan aneh menghinggapinya; dia menyadari bahwa dia telah berjalan sepanjang hari tanpa melihat adanya pejalan kaki lain. dia mulai berfikir bahwa dia pasti berjalan pada jalan yang salah.
Dengan berjalannya waktu, dia menjadi lebih yakin. Dengan mengingat kembali jalur perjalanannya ini di benaknya, dia berupaya mengingat apakah dia telah mengambil belokan yang keliru. Tiba-tiba, dia merasa bahwa dia melihat sesuatu di sudut matanya. Saat berbalik, dia tersentak dan terkejut. Di sana, di sisi jalan dilihatnya seorang laki-laki yang sudah sangat tua sedang duduk diam mematung sehingga pejalan kaki ini hampir-hampir keliru mengiranya sebongkah batu. Kepala orang tua ini menunduk dan bahunya terangkat ke atas. Jumbai lebat dari rambutnya yang berwarna keperakan menyembunyikan wajahnya.
Pejalan kaki memandanginya, tidak yakin apa yang harus dilakukannya. Kemudian dia berseru, “Maaf Pak, apakah anda baik-baik saja?” Orang tua itu tidak menjawab.
“Saya minta tolong,” ujar pejalan kaki, “Dapatkah anda memberi tahu, apakah saya menempuh jalan yang benar?” masih tidak ada jawaban.
“Maaf, maaf, pak, Anda kenapa?” dia bertanya lagi, tetapi orang tua ini benar-benar diam membisu. Dengan lembut pejalan kaki menyentuh tangan orang tua tersebut dan kembali bertanya apakah dia baik-baik saja, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
“Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan orang tua ini,” dia berkata kepada dirinya sendiri. “Saya harus menemukan seseorang dan mengatakan kepadanya bahwa ada seorang tua di sini. “Tiba-tiba, orang tua itu mengangkat kepalanya dan menatap tajam-tajam mata pejalan kaki. Pejalan kaki berkata, “dapatkah anda mendengar sya? Saya belum berjumpa dengan seorang manusia pun spanjang hari ini, dan saya tidak tahu apakah saya menempuh jalan yang benar.”
Akhirnya, dengan sangat perlahan, suara renta orang tua ini menjawab, “bila anda tioba di tepi sungai, kumpulkanlah yang anda temui sebelum anda menyebrang.” Kemudian dia menunduk lagi dan kembali diam membisu sama sekali.
Pejalan kaki berfikir, “Hanya itu? Itu akhir pembicaraan? Dia pasti gila. Saya harus jalan terus.”
Akan tetapi, kemudian dia berfikir, “Apa yang dimaksudkan dengan, “Bila anda tiba di tepi sungai, kumpulkan yang anda temui sebelum anda menyebrang”? di sana mungkin tidak ada sungai sama sekali..”
Pejalan kaki ini meneruskan perjalanan dan ketika dia mengitari tikungan, di sana di hadapannya, terbentang sungai yang berkelok-kelok dengan sangat indah. Saat ia menjejakkan kaki ke dalam air, kata-kata orang tua tadi terngiang kembalo : “Bila anda tiba di tepi sungai, kumpulkan yang anda temui sebelum anda menyebrang” Pejalan kaki melihat sekilas keadaan di sekitarnya, tetapi yang dilihatnya hanyalah batu di mana-mana. Dia pun mundur kembali, meraup segenggam penuh batu dan menyimpannya di dalam kantongnya. Batu-batu ini berat dan terlalu besar, jadi baru menyebrang separo sungai, dia berfikir, “Mengapa saya lakukan ini? Seharusnya saya buang saja batu-batu yang tidak berguna ini dan melanjutkan perjalanan.” Akan tetapi, dia tetap membawa semua batu tersebut ke sebrang sungai dan melanjutkan perjalanan di sebuah jalan setapak.
Saat matahari terbenam, dia berhenti untuk beristirahat. Ketika berbaring, batu-batuan yang masih berada di dalam kantongnya, menyulitkannya. Jadi, dia mengeluarkan dan bermaksud membuangnya jauh-jauh. Akan tetapi, sebelum hal itu sempat dilakukannya, dia melihat betapa cemerlangnya sinar batu-batu tersebut di bawah cahaya malam. Dipandanginya lekat-lekat, dia menyadari bahwa batu-batu tadi secara ajaib telah menjelma menjadi permata-permata yang indah. Lelaki ini takjub, dan berkata pada dirinya, “Bila saja saya mengumpulkan lebih banyak batu sebelum saya menyebrangi sungai itu.”
Hidup memang sebuah perjalanan. Sepanjang jalan, kita akan bertemu orang, mengunjungi tempat-tempat yang berbeda, dan merasakan pelbagai macam perasaan. Banyak dari hal-hal ini tampaknya membosankan, rutin, dan tidak berarti. Akan tetapi, ketika kita mengumpulkan pengalaman hidup, waspadalah. Kita tidak pernah tahu hal yang dapat menjelma menjadi permata. Beberapa permata yang paling berharga yang kita temukan sepanjang jalan bisa jadi hal-hal yang kita pelajari yang tampak tidak penting pada saat itu.
.::Related Posts:
0 comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar sebagai umpan balik dari artikel ini. Tidak diperkenankan untuk komentar yang berunsur spamming, porno, dll.