Kedua kodok tersebut tidak memperdulikan komentar dari teman-temannya dan mencoba melompat ke luar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti dan lebih baik menyerah karena pada akhirnya keduanya akan mati.
Salah satu kodok yang terperosok itu mendengarkan kata-kata kodok yang lainnya dan kemudian menyerah. Akhirnya, ia terjatuh dan mati, sedangkan kodok satunya lagi tetap melanjutkan usahanya untuk melompat setinggi mungkin.
Sekali lagi kodok-kodok itu berteriak kepdanya agar berhenti berusaha dan memilih untuk mati saja. Omongan teman-temannya tidak ia pedulikan sehingga ia makin semangat untuk menyelamatkan diri. Ia menambah tenaganya agar dapat melompat lebih tinggi lagi dan akhirnya ia selamat.
Ketika ia sampai di atas, seekor kodok bertanya, "Apa engkau tidak mendengar teriakan kami?"
Kodok yang terjatuh itu berusaha menjawab pertanyaan dengan tambahan grakan yang menyatakan bahwa dirinya tuli dan hanya bisa membaca gerakan bibir saja.
Dengan gerakan yang diberikan, akhirnya semua kodok yang ada di sana memahaminya. Kodok yang terjatuh itu berterima kasih karena teman-temannya telah memberikan semangat kepadanya untuk menyelamatkan diri saat ia berada di dalam lubang.
Kekuatan hidup dan mati ada pada lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan kepada seseorang yang mengalami keterpurukan dapat membunuhnya. Berhati-hatilah dengan apa yang akan diucapkan. Suarakan kata-kata 'kehidupan' kepada seseorang yang sedang menjauh dari jalur kehidupannya. Kadang-kadang memang sulit dipahami bahwa 'kata-kata kehidupan' itu dapat membuat kita berpikir dan melangkah jauh dari perkiraan kita.
Semua orang dapat memberikan 'kata-kata kehidupan' kepda rekan, teman, bahkan kepada orang yang tidak dikenal sekalipun agar mereka bangkit dari keputusasaan, keterpurukan, ataupun kemalangan. Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu untuk memberikan spirit bagi mereka yang sedang berputus asa.
Saat kita tidak memiliki kata-kata bijak atau sesuatu yang baik untuk dibicarakan, sebaiknya kita memilih untuk diam. Cukup mudah untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk kita bicara. Namun, mengetahui kapan kita harus diam adalah hal yang jauh berbeda.
Salah satu fungsi bibir adalah untuk dikatupkan. Bagaimana kita bisa memperhatikan dan mendengarkan dengan lidah yang berkata-kata? Diamlah demi kejernihan pandangan kita.
Orang yang mampu diam di tengah keinginannya untuk berbicara mampu menemukan kesadaran dirinya. Sekali kita membuka mulut, kita akan menemui betapa banyak kalimat-kalimat meluncur tanpa disadari. Mungkin sebagian kecil kata-kata itu tidak kita kehendaki. Seringkali seseorang tergelincir oleh kerikil kecil, bukan batu besar.
Butiran mutiara indah hanya bisa tercipta jika kerang mutiara mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sekali ia membuka lebar-lebar cangkangnya, maka pasir dan kotoran laut segera memenuhi mulutnya.
Kebijaksanaan seringkali tersimpan rapat dalam diamnya para orang bijak. Untuk itu, kita perlu berusaha membukanya sekuat tenaga. Bukankah pepatah mengatakan 'diam adalah emas'?
Ungkapan positif yang keluar dari mulut kita akan menjadi sumber kekuatan bagi orang lain dan kredibilitas bagi diri kita.
Oleh: Jumadi Subur
4 comments:
Asalamualaikum kang ti garut.. damang?? punten ah baru bisa maen ke blog ini. oh iya, blog saya yang lain selain maungtasik.blogspot, bisa ke dudioke.co.cc
hatur nuhun.
masukan berguna sob. Intinya cangkemu adalah macanmu. Wkwkwk.
@KANG uchiha
Ya sob,, thank komen nya
nice post bangeeet deh,.....
SALAM BERKAWAND
Post a Comment
Silahkan tulis komentar sebagai umpan balik dari artikel ini. Tidak diperkenankan untuk komentar yang berunsur spamming, porno, dll.