Memberi bunyi untuk hati saya yang sepi, mengirim doa dalam gelapnya hidup saya.
Kau menulis harapan, dan selamanya akan mengalir dalam darah saya.
Kau mengajarkan saya tentang dunia, mengenalkan saya pada senja dan langit biru.
Kau tanam dalam jiwa saya sebuah kekuatan untuk memahami misteri hidup.
Ibu, kau adalah kedua mata di dalam hati saya, mengajarkan saya melihat warna hidup dengan cahaya cinta, mengajari saya merangkai dunia dengan tangan-tangan kasih sayang.
Kau tanamkan di dalam jiwa saya tentang kesadaran sejati bahwa cinta adalah napas kehidupan.
Hati yang lembut adalah inti keindahan dan kebahagiaan.
Ketabahan adalah perjuangan yang bijaksana.
Luka pada hidup saya kau dekap sebagai duka bagimu, Ibu.
Kau menjadi separuh hidup saya, menjadi air bagi dahaga hidup saya.
Kau menjadi hujan bagi kemarau harapan saya.
Kau bangun perahu di jiwa saya, dan kau bangun rumah di hatimu.
Kau bentangkan cakrawala bagi sayap harapan saya, kau hamparkan bumi bagi sujud kesadaran saya. Restumu melampaui waktu, Ibu, doamu tiada jemu, menyala di hatimu, mengalir dalam kata dan air mata tanpa sehasta pinta, tanpa selirih pamrih.
Cintamu, ibu, adalah lagu keselamatan bagi hidup saya.
Kebahagiaan saya hari ini adalah seribu tahun pengorbananmu.
Saya cinta kamu, maka catatan kecil ini saya tulis untukmu, sebagai sujud kecil dan lagu pujian di hadapan lautan cintamu yang sangat luas…
{teruntuk ibu saya, ibu mertua saya, ibu dari anak saya, serta seluruh ibu yang ada di dunia ini - ia}
Saya dapatkan puisi di atas dari Kakak saya -Indrayadi Abdillah- yang ada di Belanda.
Semoga Allah meneguhkan mu dalam kebenaran, keikhlasan, dan keimanan. Berkah Allah atas mu dan keluarga semua wahai kakakku tercinta.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar sebagai umpan balik dari artikel ini. Tidak diperkenankan untuk komentar yang berunsur spamming, porno, dll.