Hei… ternyata saya sudah tiga kali Ramadhan di sekolah ini. Tiap Ramadhan yang saya jalani di sini memiliki ciri khas yang unik, berbeda kisah, tokoh, peran, dan hikmah yang saya rasakan. Sebelumnya saya ucapkan syukur alhamdulillah saya masih punya waktu/umur bersua dengan bulan suci yang dinanti.
Di bulan sekarang yang saya jalani, tidak dapat saya prediksi ternyata Allah menakdirkan saya untuk sakit padahala bulan suci itu baru di depan mata. Ah, alangkah uniknya rahasia ilahi. Saya menderita sakit typus yang cukup panjang, sehingga ketika masuk Ramadhan saya dipastikan tidak bisa dulu menjalankan ibadah saum. Tak tanggung-tanggung saya bocor selama 9 hari. Rekor baru selama saya menjalani bulan puasa.
Apa yang saya takutkan selama saya sakit tidak lain adalah partner kerja saya dan pihak menejmen sekolah Tunas Unggul - Bandung. Bu Ilis akan sendirian mendampingi anak-anak di kelas selama saya sakit. Juga pihak sekolah lagi-lagi akan mencap saya sebagai guru yang dikenal sering sakit-sakitan. Entahlah, toh saya pun tidak mau sakit tapi apa daya ketika Allah berkehendak maka semua itu akan terjadi pula. Saya serahkan perkara ini kepada Allah.
Saya sempat ke sekolah di tengah sakit saya masih bersemayam sehari setelah perayaan kemerdekaan Indonesia berharap saya akan berangsur sembuh di sana. Tapi saya salah, saya malah tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya duduk dengan badan masih panas dan muka pucat. Akhirnya, saya putuskan untuk pulang ke rumah - Garut - dan istirahat selama 4 hari kemudian. Saya minta tolong bu Ilis untuk minta izin ke kepala sekolah karena saya sudah merasa malu dengan seringnya izin. Saya tidak tahu apakah pihak sekolah masih mentolelir karyawannya sakit atau sebaliknya. Semoga mereka bisa lebih manusiawi dan kekeluargaan. Semoga rahmat Allah beserta kalian.
Baik, itulah kisah sakit saya di bulan ini. Sekarang, alhamdulillah saya diberi kesembuhan oleh Allah dan dapat beraktifitas seperti biasa. Kebetulan saya diberi amanah oleh teman kerja saya yang jadi koordinator pesantren kilat di sekolah untuk menyampaikan materi yang di luar dugaan saya, yakni mengurus Jenazah. Bercanda, konyol, saya bukan ahli fikih, bahkan saya sama sekali belum pernah memandikan atau mengkafani jenazah hingga sekarang. Kenapa teman saya, bukankah ia tahu bahwa saya lebih condong pada materi sejarah / Tarikh. Entahlah, saya sanggupi saja amanah itu, berhubung tidak akan ada lagi yang akan menggantikan saya.
Mulailah saya mencari bahan baik itu naskah, gambar, video dan powerpoint saya segera susun dengan rapi. Cukup melelahkan, beruntung saya memiliki modem yang bisa diandalkan jadi saya bisa search dan download file-file yang saya butuhkan. Ketika hari H, alhamdulillah penyampaian materi berjalan lancar dan peserta terlihat sangat antusias dan puas. Saya pun tersenyum puas dengan hasil akhirnya. Tak disangka anak-anak akan sangat cepat menyerap materi.
Oh ya, banyak beberapa murid saya yang bertanya dengan polos dan jujur “Pak, kok bapak gak ngajar-ngajar di di bulan ini?” sebelum saya jawab saya memasang wajah senyuman pertanda saya bingung menjelaskannya pada anak-anak. Dengan singkat saya hanya menjawab singkat “Ada pekerjaan lain selain mengajar, nak.” Dan saya memastikan untuk tidak ada pertanyaan susulan setelah itu.
Memang benar bulan Ramadhan ini bulan yang paling santai dibandingkan dengan bulan-bulan Ramadhan sebelumnya. Tapi ada enak dan tidak enaknya juga. Enaknya saya bisa santai dan tidak lelah harus memikirkan apa yang akan saya sampaikan buat ngajar atau metode apa dan peralatannya apa. Tidak enaknya tentu, hati terasa gak enak dan memang ada perasaan yang tidak nyaman karena tidak maksimal memberikan kontribusi untuk Program Ramadhan tahun ini.
Sekarang, apa lagi yang akan dilakukan? Hari jum’at ini akan di adakan mabit. Ya, acara Ramadhan yang sudah rutin dengan koordinator Pak Arya. Sayang saya tidak bisa mendampingi beliau menyusun acara ini. Berhubung saya baru sembuh sakit. Jadi saya harus puas dengan posisi sebagai bendahara mabit. Jauh sekali dengan Ramadhan kemarin, saya menempati 2 posisi sebagai koordinator pesantren kilat, tim TOI Ramdhan, dan penanggung jawab level 1, 2, dan 3 di Mabit. Ramadhan yang melelahkan tapi saya sehat waktu itu.
Sobat, entahlah apakah saya masih ada umur bertemu Ramadhan di tahun depan? Atau di manakah saya menjalaninya? Di Tunas Unggul kah atau di mana? Saya tidak tahu jawabannya.
(tulisan cepat tanpa edit khusus buat penulis sendiri tapi masih terbuka untuk komentar)
0 comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar sebagai umpan balik dari artikel ini. Tidak diperkenankan untuk komentar yang berunsur spamming, porno, dll.